Keperawatan adalah manifestasi dari ibadah yang berbentuk pelayanan profesional dan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada keimanan, keilmuan, dan amal serta kiat keperawatanm berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-kultural-spiritual yang komprehensif.
Keperawatan islam berarti tidak dapat dipisahkan dari ajaran islam secara keseluruhan. Disamping itu, jika kita cermati berbagai dalil dalam al quran dan hadist juga tarikh islam diyakini bahwa keperawatan dalam islam ada sejak zaman nabi adam seperti uraian dibawah ini:
a. Zaman Nabi Adam AS; seperti yang dijelaskan pada quran surat al maidah ayat 31 yang menyimpulkan bahwa terjadi awal mulainya konsep awal mulainya jenazah.
b. Zaman Nabi Ayub AS; pada saat itu keperawatan telah dilaksanakan yaitu oleh istri beliau sendiri ketika Nabi Ayub terkena penyakit kulit. dan pada saat itu Siti Rahmah, istri beliau menjual gulungan rambutnya untuk membeli roti yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi Nabi Ayub.
c. Zaman Nabi Isa AS; Sesuai dengan yang dijelaskan dalam Al Quran Surat Al-Maidah Ayat 110 yang menjelaskan bahwa pengobatan dalam islam itu telah ada pada zaman beliau yang dilakukan oleh NAbi Isa sendiri yang tidak lain atas izin dari Allah SWT sebagai wahyu.
d. Zaman NAbi Muhammad SAW; Pada saat itu banyak istri para sahabat yang ikut serta dalam peperangan untuk memberikan pertolongan serta pengobatan kepada pasukan yang terkena luka dan sakit dalam peperangan. Adapaun wanita yang berbaiat kepada Rasulallah adalah :
1. Rubiyi bibti Mu'awizd
2. Umu Sinan Al-Aslamiyah
3. Umu Ziyad Al-Asyja-iyah
4. Ku'aibah binti Sa'ad
5. Umayah binti Qais Al Ghifariyah
6. Rufaidah Al Anshariyah
Jadi pada dasarbya keperawatan dalam islam merupakan manifestasi dari fungsi manusi sebagai khalifah dan hamba Allah dalam melaksanakan kemanusiaannya, menolong manusia lain yang mempunyai masalah kesehatan dan memenuhi kebutuhan dasarnya baik aktual maupun potensial. Permasalahn klien dengan permasalahannya tersebut harus dihadapi dengan pendekatan silaturahmi (interpersonal) dengan sebaik-baiknya didasari dengan iman, ilmu, dan amal.
Untuk dapat memberikan asuhan keperawatan kepada klien perawat dituntut memiliki ketrampilan intelektual, interpersonal, tekhnikal serta memiliki kemampuan berdakwah amar ma'ruf nahi munkar.
Rabu, 16 Desember 2009
Selasa, 08 Desember 2009
Photo Slide Show
Kelompok 1 Agama Islam
Anggota:
1. Muhammad Ridwan
2. Devi Shahifatun H.
3. Niken Andalasari
4. Erita Yunistisia R.
5. Ulan Imagi
6. Elisah
7. Rafika Tasya N
8. Tarina Eka Putri
9. Upik Desma N.
Minggu, 06 Desember 2009
Keperawatan, Islam, Masa Kini dan Mendatang
Dr. H Afif Muhammad dalam seminar perawat rohani Islam di Akper Aisyiyah, Bandung 31/8/2004 mengatakan, masalah sehat dan sakit adalah alami sebagai ujian dari Allah SWT, hingga manusia tidak akan bisa terbebas dari sakit. "Sehat kerap membuat orang lupa dan lalai baik dalam melaksanakan perintah-perintah Allah maupun mensyukuri nikmat sehatnya. Kita sering menyebut kondisi yang tidak menyenangkan seperti sakit sebagai musibah yang terkesan negatif, padahal musibah berkonotasi positif," jelasnya.
Tugas seorang perawat, menurut H. Afif, menekankan pasien agar tidak berputus asa apalagi menyatakan kepada pasiennya tidak memiliki harapan hidup lagi. "Pernyataan tidak memiliki harapan hidup untuk seorang muslim tidak dapat dibenarkan. Meski secara medis tidak lagi bisa menanganinya, tapi kalau Allah bisa saja menyembuhkannya dengan mengabaikan hukum sebab akibat," katanya. Perawat juga memandu pasiennya untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT hingga kondisinya semakin saleh yang bisa mendatangkan "manjurnya" doa.
Dr. Ahmad Khan (lulusan suma cumlaude dari Duke University) yang menemukan Ayat-ayat Al Quran dalam DNA (Deoxy Nucletida Acid) berpesan semoga penerbitan buku saya "Alquran dan Genetik", semakin menyadarkan umat Islam, bahwa Islam adalah jalan hidup yang lengkap. Kita tidak bisa lagi memisahkan agama dari ilmu politik, pendidikan atau seni. Semoga muslim menyadari bahwa tidak ada gunanya mempertentangkan ilmu dengan agama. Demikian juga dengan ilmu-ilmu keperawatan penulis berharap akan datang suatu generasi yang mendalami prinsip-prinsip ilmu keperawatan yang digali dari agama Islam. Hal ini dapat dimulai dari niat baik para pemegang kebijakan (decission maker) yang beragama Islam baik di institusi pendidikan atau pada level pemerintah.
Di negara-negara timur tengah, konteks keperawatan sendiri banyak dipengaruhi oleh sejarah keperawatan dalam Islam, budaya dan kepercayaan di Arab, keyakinan akan kesehatan dari sudut pandang islam (Islamic health belief), dan nilai-nilai profesional yang diperoleh dari pendidikan keperawatan. Tidak seperti pandangan keperawatan di negara barat, keyakinan akan spiritual islam tercermin dalam budaya mereka.
Di Indonesia mungkin hal serupa juga terjadi, tinggal bagaimana keperawatan dan islam dapat berkembang sejalan dalam harmoni percepatan tuntutan asuhan keperawatan, kompleksitas penyakit, perkembangan tehnologi kesehatan dan informatika kesehatan. Agar tetap mengenang dan menteladani sejarah perkembangan keperawatan yang di mulai oleh Rufaida binti Sa'ad.
Tugas seorang perawat, menurut H. Afif, menekankan pasien agar tidak berputus asa apalagi menyatakan kepada pasiennya tidak memiliki harapan hidup lagi. "Pernyataan tidak memiliki harapan hidup untuk seorang muslim tidak dapat dibenarkan. Meski secara medis tidak lagi bisa menanganinya, tapi kalau Allah bisa saja menyembuhkannya dengan mengabaikan hukum sebab akibat," katanya. Perawat juga memandu pasiennya untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT hingga kondisinya semakin saleh yang bisa mendatangkan "manjurnya" doa.
Dr. Ahmad Khan (lulusan suma cumlaude dari Duke University) yang menemukan Ayat-ayat Al Quran dalam DNA (Deoxy Nucletida Acid) berpesan semoga penerbitan buku saya "Alquran dan Genetik", semakin menyadarkan umat Islam, bahwa Islam adalah jalan hidup yang lengkap. Kita tidak bisa lagi memisahkan agama dari ilmu politik, pendidikan atau seni. Semoga muslim menyadari bahwa tidak ada gunanya mempertentangkan ilmu dengan agama. Demikian juga dengan ilmu-ilmu keperawatan penulis berharap akan datang suatu generasi yang mendalami prinsip-prinsip ilmu keperawatan yang digali dari agama Islam. Hal ini dapat dimulai dari niat baik para pemegang kebijakan (decission maker) yang beragama Islam baik di institusi pendidikan atau pada level pemerintah.
Di negara-negara timur tengah, konteks keperawatan sendiri banyak dipengaruhi oleh sejarah keperawatan dalam Islam, budaya dan kepercayaan di Arab, keyakinan akan kesehatan dari sudut pandang islam (Islamic health belief), dan nilai-nilai profesional yang diperoleh dari pendidikan keperawatan. Tidak seperti pandangan keperawatan di negara barat, keyakinan akan spiritual islam tercermin dalam budaya mereka.
Di Indonesia mungkin hal serupa juga terjadi, tinggal bagaimana keperawatan dan islam dapat berkembang sejalan dalam harmoni percepatan tuntutan asuhan keperawatan, kompleksitas penyakit, perkembangan tehnologi kesehatan dan informatika kesehatan. Agar tetap mengenang dan menteladani sejarah perkembangan keperawatan yang di mulai oleh Rufaida binti Sa'ad.
Tokoh Dunia Keperawatan Dalam Sejarah Islam
Setelah Rasulullah menyampaikan risalah Islam, banyak tokoh-tokoh Islam di bidang ilmu pengetahuan lahir, pada saat itu Islam memegang peranan penting di semua bidang ilmu pengetahuan seperti Filsafat, Astronomi, Matematika dan bahkan di bidang kesehatan, untuk bidang kesehatan mereka adalah : Ibnu Qoyyim Al-Jauzy, Ibnu Sina ( Avicenna ), Abu bakar Ibnu Zakariya Ar-Razi ( Ar-Razi ), Imam al Ghazali, Abu Raihan Muhammad Al-Biruni dan tak ketinggalan untuk dunia keperawatan seorang tokoh muslimah yang ikut membantu rasul untuk mengobati kaum muslimin yang terluka yang bernama RUFAIDAH BINTI SA' AD Al- Asalmiya, Ummu Attiyah, dan masih banyak lagi tokoh ilmu pengetahuan dan keperawatan lainnya baik di jaman rasul maupun sesudah kerasulan.
Banyak perawat-perawat muslim tidak mengenal Rufaidah binti Sa' ad, mereka lebih mengenal tokoh keperawatan yang berasal dari dunia barat yaitu Florence Nighttingale seorang tokoh keperawatan yang berasal dari Inggris.
Apabila temen-temen mau menelaah lebih jauh lagi ke belakang jauh sebelum agama Islam menyentuh dunia barat, dunia barat saat itu mengalami masa kegelapan dan kebodohan di karnakan kebijakan dari pihak gereja yang lebih banyak menguntungkan mereka, tapi disisi lain di belahan dunia lainnya yaitu Jazirah Arab dimana Islam telah di ajarkan oleh Rasulullah ilmu pengetahuan mengalami kemajuan terutama dlm duni keperawatan. Bukan berarti rasul menjadi seorang tabib tapi dalam ajaran Islam yang beliau sampaikan mengandung ajaran dan nilai-nilai kesehatan seperti: pentingnya menjaga kebersihan diri ( Personal Hygiene ), menjaga kebersihan makanan, mencuci tangan, ibadah puasa, berwudhu dan lain sebagainya.
Sekarang saya akan menjelaskan secara ringkas siapa Rufaidah binti Sa' ad:).
Rufaidah binti Sa'ad memiliki nama lengkap Rufaidah binti Sa'ad Al Bani Aslam Al-Khazraj yang tinggal di Madinah, dia lahir di Yathrib dan termasuk kaum Ansar yaitu suatu golongan yang pertama kali menganut Islam di Madinah. Ayahnya seorang dokter dan dia mempelajari ilmu keperawatan saat membantu ayahnya. Dan saatkota Madinah berkembang Rufaidah mengabdikan dirinya merawat kaum muslimin yang sakit dan membangun tenda di luar Mesjid Nabawi saat dalam keadaan damai. Dan saat perang Badar, Uhud, Khandaq, dia menjadi sukarelawan dan merawat korban yang terluka akibat perang. Dia juga mendirikan Rumah Sakit lapangang sehingga terkenal saat perang dan Rasulullah SAW pun memerintahkan agar para korban yang terluka di bantu oleh dia.
Rufaidah juga melatih beberapa kelompok wanita untuk menjadi perawat dan dalam perang Khibar mereka meminta ijin kepada rasul untuk ikut di garis belakang pertempuran untuk merawat mereka yang terluka dan rasul pun mengijinkannya.
Inilah dimulainya awal mula dunia medis dan dunia keperawatan. Rufaidah juga memberikan perhatian terhadap aktifitas masyarakat, kepada anak yatim, penderita gangguan jiwa, beliau mempunyai kepribadian yang luhur dan empati sehingga memberikan pelayanan keperawatan kepada pasiennya dengan baik dan teliti. Sentuhan sisi kemanusiaan ini penting bagi seorang perawat (nurse), sehingga sisi tekhnologi dan sisi kemanusiaan ( human touch ) jadi seimbang.
Itulah sejarah singkat tokoh keperawatan dalam sejarah Islam dan saya akan menjelaskan sejarah perkembangan dunia keperawatan dalam dunia Islam
Saya bukan menganggap ilmu-ilmu dari dunia barat tsb buruk dan tidak bagus tapi sekali lagi saya katakan sebelum dunia barat mengenal ilmu pengetahuan dunia Islam sudah mengenalnya dan bahkan lahirnya tokoh-tokoh yang menguasai ilmu pengetahuan.
Demikianlah tulisan ini saya buat mudah-mudahan bisa bermanfaat untuk kita semua
Banyak perawat-perawat muslim tidak mengenal Rufaidah binti Sa' ad, mereka lebih mengenal tokoh keperawatan yang berasal dari dunia barat yaitu Florence Nighttingale seorang tokoh keperawatan yang berasal dari Inggris.
Apabila temen-temen mau menelaah lebih jauh lagi ke belakang jauh sebelum agama Islam menyentuh dunia barat, dunia barat saat itu mengalami masa kegelapan dan kebodohan di karnakan kebijakan dari pihak gereja yang lebih banyak menguntungkan mereka, tapi disisi lain di belahan dunia lainnya yaitu Jazirah Arab dimana Islam telah di ajarkan oleh Rasulullah ilmu pengetahuan mengalami kemajuan terutama dlm duni keperawatan. Bukan berarti rasul menjadi seorang tabib tapi dalam ajaran Islam yang beliau sampaikan mengandung ajaran dan nilai-nilai kesehatan seperti: pentingnya menjaga kebersihan diri ( Personal Hygiene ), menjaga kebersihan makanan, mencuci tangan, ibadah puasa, berwudhu dan lain sebagainya.
Sekarang saya akan menjelaskan secara ringkas siapa Rufaidah binti Sa' ad:).
Rufaidah binti Sa'ad memiliki nama lengkap Rufaidah binti Sa'ad Al Bani Aslam Al-Khazraj yang tinggal di Madinah, dia lahir di Yathrib dan termasuk kaum Ansar yaitu suatu golongan yang pertama kali menganut Islam di Madinah. Ayahnya seorang dokter dan dia mempelajari ilmu keperawatan saat membantu ayahnya. Dan saat
Rufaidah juga melatih beberapa kelompok wanita untuk menjadi perawat dan dalam perang Khibar mereka meminta ijin kepada rasul untuk ikut di garis belakang pertempuran untuk merawat mereka yang terluka dan rasul pun mengijinkannya.
Inilah dimulainya awal mula dunia medis dan dunia keperawatan. Rufaidah juga memberikan perhatian terhadap aktifitas masyarakat, kepada anak yatim, penderita gangguan jiwa, beliau mempunyai kepribadian yang luhur dan empati sehingga memberikan pelayanan keperawatan kepada pasiennya dengan baik dan teliti. Sentuhan sisi kemanusiaan ini penting bagi seorang perawat (nurse), sehingga sisi tekhnologi dan sisi kemanusiaan ( human touch ) jadi seimbang.
Itulah sejarah singkat tokoh keperawatan dalam sejarah Islam dan saya akan menjelaskan sejarah perkembangan dunia keperawatan dalam dunia Islam
- Masa penyebaran Islam ( The Islamic Period ) 570 - 632 M. Pada masa ini keperawatan sejalan dengan perang kaum muslimin / jihad ( holy wars ), pada masa ini lah Rufaidah binti Sa' ad memberikan kontribusinya kepada dunia keperawatan.
- Masa setelah Nabi ( Post prophetic era ) 632 - 1000 M. Masa ini setelah nabi wafat, pada masa ini lebih di dominasi oleh kedokteran dan mulai muncul tokoh2 Islam dalam dunia kedokteran seperti Ibnu Sinna ( Avicenna ), Abu bakar ibnu Zakariya Ar-Razi ( Ar-Razi ), bahkan Ar-Razi sendiri menulis dua karangang tentang " The Reason why some persons and common people leave a physician even if he is clever "
- Masa pertengahan 1000 - 1500 M. Pada masa ini negara-negara arab membangun RS dengan baik dan mengenalkan perawatan orang sakit, dan di RS tsb dimulai pemisahan antara kamar perawatan laki-laki dan perempuan dan sampai sekarang banyak di ikuti semua RS di seluruh dunia.
- Masa Modern ( 1500 - sekarang ). Pada masa inilah perawat-perawat asing dari dunia barat mulai berkembang dan mulai ada. Tapi pada masa ini seorang perawat bidan muslimah pada tahun 1960 yang bernama Lutfiyyah Al-Khateeb mendapatkan Diploma Keperawatan di Kairo.
Saya bukan menganggap ilmu-ilmu dari dunia barat tsb buruk dan tidak bagus tapi sekali lagi saya katakan sebelum dunia barat mengenal ilmu pengetahuan dunia Islam sudah mengenalnya dan bahkan lahirnya tokoh-tokoh yang menguasai ilmu pengetahuan.
Demikianlah tulisan ini saya buat mudah-mudahan bisa bermanfaat untuk kita semua
Jumat, 04 Desember 2009
Rufaidah Binti Sa'ad Al-Aslamiya
Rufaidah Binti Sa’ad Al-Aslamiya tercatat perawat muslimah pertama dalam sejarah Islam yang nyaris terlupakan, padahal jasanya besar sekali pada masa penyebaran Islam. Perempuan kelahiran Madinah ini mempelajari ilmu keperawatan saat membantu ayahnya yang berprofesi dokter. Ilmunya lantas dipraktekkan untuk mengobati kaum muslimin yang terluka dalam peperangan dengan mendirikan rumah sakit lapangan. Pada saat damai (tidak ada perang), Rufaidah secara sukarela membangun tenda di luar Masjid Nabawi untuk melayani orang sakit, anak yatim dan penderita gangguan jiwa.
Kesibukan Rufaidah sebagai ibu rumah tangga tidak menghalanginya berkarir melatih beberapa kelompok perempuan untuk menjadi perawat. Dia menjadi pemimpin, organisatoris yang mampu memobilisasi dan memotivasi orang lain serta perawat teladan, baik dan berempati tinggi. Dia tidak hanya menunaikan peran perawat dalam aspek klinikal semata, namun melaksanakan peran komunitas dan memecahkan masalah sosial yang dapat mengakibatkan timbulnya berbagai macam penyakit. Singkat cerita, Rufaidah sesungguhnya public health nurse dan social worker, yang menjadi inspirasi bagi profesi perawat di dunia Islam. Rasulullah pun memuji kiprahnya bagi masyarakat.
Dalam bidang lain, tersebutlah nama Asy-Syifa’ binti Al-Harits. Asy-Syifa’ termasuk wanita cerdas yang dikenal sebagai guru dalam membaca dan menulis serta ahli ruqyah (pengobatan) sebelum datangnya Islam. Sesudah memeluk Islam, dia tetap memberikan pengajaran kepada kaum perempuan. Oleh karena itu, dia disebut sebagai guru (ulama) wanita pertama dalam Islam. Di antara muridnya bernama Hafshah binti Umar bin Khattab. Kesibukan mengurus suami dan mendidik seorang anak tidak membuat Asy-Syifa’ lupa untuk menuntut ilmu hadis kepada Rasulullah, kemudian menyebarkannya sembari menyelipkan nasehat-nasehat bagi umat Islam. Bahkan, Khalifah Umar bin Khattab sering meminta pendapat Asy-Syifa’ tentang urusan agama dan dunia.
Lain Asy-Syifa’ lain Ummu Hani’. Selain pandai berdiplomasi, Ummu Hani’ binti Abi Thalib Al-Hasyimiyyah kesohor sebagai penunggang unta yang hebat, periwayat dan pengajar hadis hingga akhir hidupnya. Ummu Hani’ mengerti betul tugasnya selaku istri yang mengagungkan hak-hak suami dan mengasuh keempat anaknya. Baginya, mengurus mereka membutuhkan perhatian yang menyita waktu banyak. Karena itu, dia tak ingin menyia-nyiakan satu pun dari keduanya, hingga dia mendapatkan pujian yang begitu mulia dari Rasulullah sebagai perempuan penyayang keluarga. Pada saat yang sama, Ummu Hani’ pun tidak lupa berperan di tengah masyarakat.
Jasa Hafshah binti Umar bin Khattab juga tidak boleh diremehkan. Dia memiliki keberanian, kepribadian kuat dan ucapannya tegas. Kelebihan lainnya berupa kepandaian dalam membaca dan menulis, padahal ketika itu kemampuan tersebut belum lazim dimiliki kaum perempuan. Bahkan, dia satu-satunya istri Rasulullah yang pandai membaca dan menulis. Atas dasar hal tersebut, Hafshah sebagai orang yang pertama kali diperintahkan oleh khalifah Abu Bakar Siddiq untuk mengumpulkan tulisan ayat-ayat Al-Quran yang masih berserakan di banyak tempat pada lembaran kulit, tulang dan pelepah kurma sekaligus menyimpan dan memeliharanya. Mushaf asli Al-Quran itu berada di rumah Hafshah hingga dia meninggal dunia.
Ketika Rasulullah mengalami rintangan dan gangguan dari kaum kafir Quraisy, maka Khadijah Binti Khuwailid selalu berada di sampingnya untuk menenangkan sekaligus menyenangkan hatinya yang gundah. Khadijah juga mendukung perjuangan suaminya dengan sepenuh jiwa raga dan menyerahkan seluruh harta benda yang dimilikinya. Sebagai pebisnis muslimah sukses yang dermawan, wanita terbaik di dunia ini memang setia, taat dan sayang kepada suami dan anak-anaknya. Khadijah selalu menyiapkan makanan, minuman dan segala keperluan Rasulullah serta mendidik putra putrinya dengan teladan dan penuh kesadaran.
Kisah lebih heroik terjadi pada Ummu ‘Umarah. Ummu ‘Umarah bersama suami dan kedua putranya ikut dalam Perang Uhud yang berlangsung dahsyat. Ketika pasukan kaum muslimin tercerai berai, Ummu ‘Umarah justru mendekati Rasulullah, bermaksud melindungi di depannya dengan menggunakan pedang. Namun, Ummu ‘Umarah beberapa kali terkena sabetan pedang yaang ditebarkan pasukan musuh. Luka yang paling besar terdapat di pundaknya, karena ditikam Ibnu Qami’ah, hingga dia harus mengobati luka itu setahun lamanya. Pada masa khalifah Abu Bakar Siddiq, Ummu ‘Umarah juga ikut memerangi Musailamah Al-Kadzdzab yang mengaku nabi. Di sinilah Ummu ‘Umarah terpotong tangannya dan kehilangan seorang putranya yang terbunuh.
Fakta-fakta di atas menunjukkan, para perempuan jelas telah mengukir prestasi dalam sejarah Islam dengan kemampuan, ilmu dan caranya sendiri yang hingga kini patut diteladani. Di sisi lain, sebagian contoh kecil tersebut bisa membuka mata orang-orang (Barat) yang menganggap bahwa masa lalu Islam selalu dikaitan dengan citra kekerasan, aneka peperangan, lika-liku pertumpahan darah atau cerita adu senjata. Dr. KH. Ahmad Mukri Aji, MA, MH, dosen Pasca Sarjana Universitas Ibnu Khaldun, Bogor, mengungkapkan, sebetulnya banyak sekali jumlah perempuan yang berkarir pada zaman Rasulullah dan Rasulullah tidak melarangnya.
“Misalnya ada perempuan yang menghapal Al-Quran, menuliskan ayat-ayat Al-Quran pada pelepah kurma atau tulang, beternak, berdagang, memacu kuda, dan memanah. Itu kan bukan pekerjaan yang gampang, karena mereka juga tidak meninggalkan tugas utamanya sebagai seorang istri dan ibu rumah tangga. Hanya saja, dikaitkan dengan konteks masa kini, setiap perempuan jangan sampai dipaksakan. Artinya, jika bidang atau dunia itu bukan habitatnya, ya jangan diperintah untuk mengerjakan,” ujar Mukri Aji sembari melempar senyum.
sumber:
Husin, Ma'rifin. 2001. Keperawatan Islam. Jakarta: UMJ Press
Kesibukan Rufaidah sebagai ibu rumah tangga tidak menghalanginya berkarir melatih beberapa kelompok perempuan untuk menjadi perawat. Dia menjadi pemimpin, organisatoris yang mampu memobilisasi dan memotivasi orang lain serta perawat teladan, baik dan berempati tinggi. Dia tidak hanya menunaikan peran perawat dalam aspek klinikal semata, namun melaksanakan peran komunitas dan memecahkan masalah sosial yang dapat mengakibatkan timbulnya berbagai macam penyakit. Singkat cerita, Rufaidah sesungguhnya public health nurse dan social worker, yang menjadi inspirasi bagi profesi perawat di dunia Islam. Rasulullah pun memuji kiprahnya bagi masyarakat.
Dalam bidang lain, tersebutlah nama Asy-Syifa’ binti Al-Harits. Asy-Syifa’ termasuk wanita cerdas yang dikenal sebagai guru dalam membaca dan menulis serta ahli ruqyah (pengobatan) sebelum datangnya Islam. Sesudah memeluk Islam, dia tetap memberikan pengajaran kepada kaum perempuan. Oleh karena itu, dia disebut sebagai guru (ulama) wanita pertama dalam Islam. Di antara muridnya bernama Hafshah binti Umar bin Khattab. Kesibukan mengurus suami dan mendidik seorang anak tidak membuat Asy-Syifa’ lupa untuk menuntut ilmu hadis kepada Rasulullah, kemudian menyebarkannya sembari menyelipkan nasehat-nasehat bagi umat Islam. Bahkan, Khalifah Umar bin Khattab sering meminta pendapat Asy-Syifa’ tentang urusan agama dan dunia.
Lain Asy-Syifa’ lain Ummu Hani’. Selain pandai berdiplomasi, Ummu Hani’ binti Abi Thalib Al-Hasyimiyyah kesohor sebagai penunggang unta yang hebat, periwayat dan pengajar hadis hingga akhir hidupnya. Ummu Hani’ mengerti betul tugasnya selaku istri yang mengagungkan hak-hak suami dan mengasuh keempat anaknya. Baginya, mengurus mereka membutuhkan perhatian yang menyita waktu banyak. Karena itu, dia tak ingin menyia-nyiakan satu pun dari keduanya, hingga dia mendapatkan pujian yang begitu mulia dari Rasulullah sebagai perempuan penyayang keluarga. Pada saat yang sama, Ummu Hani’ pun tidak lupa berperan di tengah masyarakat.
Jasa Hafshah binti Umar bin Khattab juga tidak boleh diremehkan. Dia memiliki keberanian, kepribadian kuat dan ucapannya tegas. Kelebihan lainnya berupa kepandaian dalam membaca dan menulis, padahal ketika itu kemampuan tersebut belum lazim dimiliki kaum perempuan. Bahkan, dia satu-satunya istri Rasulullah yang pandai membaca dan menulis. Atas dasar hal tersebut, Hafshah sebagai orang yang pertama kali diperintahkan oleh khalifah Abu Bakar Siddiq untuk mengumpulkan tulisan ayat-ayat Al-Quran yang masih berserakan di banyak tempat pada lembaran kulit, tulang dan pelepah kurma sekaligus menyimpan dan memeliharanya. Mushaf asli Al-Quran itu berada di rumah Hafshah hingga dia meninggal dunia.
Ketika Rasulullah mengalami rintangan dan gangguan dari kaum kafir Quraisy, maka Khadijah Binti Khuwailid selalu berada di sampingnya untuk menenangkan sekaligus menyenangkan hatinya yang gundah. Khadijah juga mendukung perjuangan suaminya dengan sepenuh jiwa raga dan menyerahkan seluruh harta benda yang dimilikinya. Sebagai pebisnis muslimah sukses yang dermawan, wanita terbaik di dunia ini memang setia, taat dan sayang kepada suami dan anak-anaknya. Khadijah selalu menyiapkan makanan, minuman dan segala keperluan Rasulullah serta mendidik putra putrinya dengan teladan dan penuh kesadaran.
Kisah lebih heroik terjadi pada Ummu ‘Umarah. Ummu ‘Umarah bersama suami dan kedua putranya ikut dalam Perang Uhud yang berlangsung dahsyat. Ketika pasukan kaum muslimin tercerai berai, Ummu ‘Umarah justru mendekati Rasulullah, bermaksud melindungi di depannya dengan menggunakan pedang. Namun, Ummu ‘Umarah beberapa kali terkena sabetan pedang yaang ditebarkan pasukan musuh. Luka yang paling besar terdapat di pundaknya, karena ditikam Ibnu Qami’ah, hingga dia harus mengobati luka itu setahun lamanya. Pada masa khalifah Abu Bakar Siddiq, Ummu ‘Umarah juga ikut memerangi Musailamah Al-Kadzdzab yang mengaku nabi. Di sinilah Ummu ‘Umarah terpotong tangannya dan kehilangan seorang putranya yang terbunuh.
Fakta-fakta di atas menunjukkan, para perempuan jelas telah mengukir prestasi dalam sejarah Islam dengan kemampuan, ilmu dan caranya sendiri yang hingga kini patut diteladani. Di sisi lain, sebagian contoh kecil tersebut bisa membuka mata orang-orang (Barat) yang menganggap bahwa masa lalu Islam selalu dikaitan dengan citra kekerasan, aneka peperangan, lika-liku pertumpahan darah atau cerita adu senjata. Dr. KH. Ahmad Mukri Aji, MA, MH, dosen Pasca Sarjana Universitas Ibnu Khaldun, Bogor, mengungkapkan, sebetulnya banyak sekali jumlah perempuan yang berkarir pada zaman Rasulullah dan Rasulullah tidak melarangnya.
“Misalnya ada perempuan yang menghapal Al-Quran, menuliskan ayat-ayat Al-Quran pada pelepah kurma atau tulang, beternak, berdagang, memacu kuda, dan memanah. Itu kan bukan pekerjaan yang gampang, karena mereka juga tidak meninggalkan tugas utamanya sebagai seorang istri dan ibu rumah tangga. Hanya saja, dikaitkan dengan konteks masa kini, setiap perempuan jangan sampai dipaksakan. Artinya, jika bidang atau dunia itu bukan habitatnya, ya jangan diperintah untuk mengerjakan,” ujar Mukri Aji sembari melempar senyum.
sumber:
Husin, Ma'rifin. 2001. Keperawatan Islam. Jakarta: UMJ Press
Selasa, 01 Desember 2009
about our beloved Campus
Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran
Alamat: Jl. Raya Bandung Sumedang KM 21, Jatinangor 45363
Telepon: (022) 7795596
Faksimili: (022) 7795596
Dekan: Mamat Lukman, S.KM., S.Kp., M.Si.
Email: dekanfik@unpad.ac.id, keperawatan@unpad.ac.id
Fakultas Ilmu Keperawatan berdiri tanggal 8 Juni 2005 berdasarkan Surat Keputusan Rektor No.1020/J06/Kep/2005. Fakultas Ilmu Keperawatan ini merupakan pengembangan dari Program Studi Ilmu Keperawatan pada Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran yang berdiri sejak tahun 1994 berdasarkan SK Rektor Unpad No.145a/PT06H/Kep/C/94 tanggal 1 Maret 1994 yang dikuatkan dengan SK Dikti No. 200/DIKTI/Kep/1998 tanggal 18 Juni 1998.
Visi :
Menjadi lembaga pendidikan tinggi keperawatan sebagai pusat pengembangan ilmu dan profesi keperawatan yang mampu berkompetisi global dengan unggulan keperawatan kritis dan keperawatan komunitas.
Misi:
1. Menyelenggarakan pendidikan yang dikelola secara profesional. Efektif, efesien, dan transparan serta menghasilkan lulusan berkapasitas tinggi sebagai ilmuwan yang mampu berkompetisi secara global, beretika, dan berpijak pada hukum serta berwawasan lingkungan.
2. Mengembangkan riset ilmiah keperawatan untuk pengembangan ilmu dan teknologi keperawatan nasional.
3. Menyelenggarakan pengabdian kepada masyarakat dengan mengembangkan sistem pelayanan keperawatan profesional terpadu di komunitas.
4. Mengembangkan standard keperawatan profesional bersama dengan organisasi profesi dan institusi terkait.
5. Mengembangkan pelayanan keperawatan profesional sesuai dengan nilai budaya masyarakat.
6. Menjalin kerja sama secara nasional maupun regional dalam bidang keperawatan mencakup bidang pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.
Program Pendidikan yang diselenggarakan:
1. Program Sarjana Keperawatan
2. Program Profesi Ners
3. Program S2 Keperawatan (Ijin Penyelenggaraan dari Dirjen Dikti Nomor.1520/D/T/2009 tanggal 28 Agustus 2009) dengan peminatan Keperawatan Kritis dan Keperawatan Komunitas.
Sampai Gelombang IV tahun akademik 2008/2009, Fakultas Keperawatan Unpad telah menghasilkan lulusan sebanyak 2537 orang terdiri dari program sarjana 1162 orang, dan program profesi 1375 orang.
Terdapat 52 orang pengajar tetap pada Fakultas Keperawatan Unpad.
Dari seluruh staf pengajar tetap, yang sedang melanjutkan studi sebanyak 19 orang.
S3 Dalam Negeri : 2 orang, Luar Negeri : 6 orang
S2 Dalam Negeri : 8 orang, Luar Negeri : 3 orang
Yang akan lulus Program Doktor (S3) tahun ini sebanyak 2 orang.
Lebih lengkapnya, kunjungi http://www.fkep.unpad.ac.id
Langganan:
Postingan (Atom)